Tak Ada Keanehan di Crop Circle Sleman
JAKARTA - Pada penelusuran Senin 24 Januari, komunitas pengamat benda ruang angkasa Beta-UFO tidak menemukan adanya keanehan gelombang elektromagnetik di lokasi crop circle di Desa Jagotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Suhu udara di sekitar crop circle normal. Gelombang radio pun juga normal. Tidak ada gangguang sinyal telepon seluler maupun radio VHF.
Ini berbeda dengan penemuan crop circle pada umumnya di mana terdapat gangguan gelombang elektromagnetik selama beberapa hari setelah penemuan.
Meski demikian batang padi yang rusak tidak dalam kondisi patah, melainkan hanya roboh. Selain itu tidak ada jejak mesin atau kaki manusia. Arah robohan batang padi juga searah dengan jarum jam.
Namun untuk memastikan siapa di balik pembuat crop circle ini, Beta-UFO mengharapkan bantuan dari para peneliti yang memiliki perlengkapan memadai untuk mencari tahu keaslian lingkaran berpola itu yang tidak dapat terdeteksi oleh secara kasat mata. Seperti mengetahui secara akurat gangguan medan elektomagnetik yang lebih akurat dengan menggunakan EM meter.
JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) melakukan observasi di lokasi crop circle di Desa Jagotirto, Kecamatan Brebah, Sleman, Yogyakarta, siang ini.
Salah satu anggota tim dari LAPAN, Sri Kalokaprabosari, mengatakan pihaknya tidak membawa perlengakapan apa pun ke lokasi.
“Kami hanya mengecek saja ke lokasi kemungkinan-kemungkinan di lapangan. Kami tidak ada alat pendeteksi apa pun,” ujar Sri saat dikonfirmasi okezone di perjalanan menuju Sleman, Selasa (25/1/2011).
Menurut Sri, pihaknya hanya akan mengetahui kondisi sebenarnya di lokasi antara rekayasa manusia dan isu keterlibatan makhluk ruang angkasa yang menggunakan Unidentified Flying Object (UFO).
“Ada fenomena menarik di sini apakah buatan manusia. Menarik juga untuk dikaji. Kalau buatan manusia kan tidak simetris kemudian ada patahan di tanaman padi, tapi ini tidak ada. Ini sangat menarik dikaji. Apalagi di Indonesia ini yang pertama, tapi di luar negeri sudah berkali-kali, terutama di Inggris selatan,” jelas Sri.
Meski demikian, Sri menegaskan pihaknya tidak berwenang untuk memastikan siapa pembuat crop circle itu.
“Itu bukan kami, biar yang lain. Kami hanya mengecek saja melihat kondisi di lapangan,” ucapnya.
“Anomali radiasi bisa dideteksi denga Geiger Muller Counter, struktur molekular atau sel menggunakan mikroskop. Kemudian alat untuk mendeteksi keberadaan partikel besi atau logam lainnya seperti terdapat di sample crop circle yang normal,” demikian isi surat elektronik Direktur Beta-UFO Bayu Amus yang diterima okezone, kemarin.
JAKARTA - Pada penelusuran Senin 24 Januari, komunitas pengamat benda ruang angkasa Beta-UFO tidak menemukan adanya keanehan gelombang elektromagnetik di lokasi crop circle di Desa Jagotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Suhu udara di sekitar crop circle normal. Gelombang radio pun juga normal. Tidak ada gangguang sinyal telepon seluler maupun radio VHF.
Ini berbeda dengan penemuan crop circle pada umumnya di mana terdapat gangguan gelombang elektromagnetik selama beberapa hari setelah penemuan.
Meski demikian batang padi yang rusak tidak dalam kondisi patah, melainkan hanya roboh. Selain itu tidak ada jejak mesin atau kaki manusia. Arah robohan batang padi juga searah dengan jarum jam.
Namun untuk memastikan siapa di balik pembuat crop circle ini, Beta-UFO mengharapkan bantuan dari para peneliti yang memiliki perlengkapan memadai untuk mencari tahu keaslian lingkaran berpola itu yang tidak dapat terdeteksi oleh secara kasat mata. Seperti mengetahui secara akurat gangguan medan elektomagnetik yang lebih akurat dengan menggunakan EM meter.
JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) melakukan observasi di lokasi crop circle di Desa Jagotirto, Kecamatan Brebah, Sleman, Yogyakarta, siang ini.
Salah satu anggota tim dari LAPAN, Sri Kalokaprabosari, mengatakan pihaknya tidak membawa perlengakapan apa pun ke lokasi.
“Kami hanya mengecek saja ke lokasi kemungkinan-kemungkinan di lapangan. Kami tidak ada alat pendeteksi apa pun,” ujar Sri saat dikonfirmasi okezone di perjalanan menuju Sleman, Selasa (25/1/2011).
Menurut Sri, pihaknya hanya akan mengetahui kondisi sebenarnya di lokasi antara rekayasa manusia dan isu keterlibatan makhluk ruang angkasa yang menggunakan Unidentified Flying Object (UFO).
“Ada fenomena menarik di sini apakah buatan manusia. Menarik juga untuk dikaji. Kalau buatan manusia kan tidak simetris kemudian ada patahan di tanaman padi, tapi ini tidak ada. Ini sangat menarik dikaji. Apalagi di Indonesia ini yang pertama, tapi di luar negeri sudah berkali-kali, terutama di Inggris selatan,” jelas Sri.
Meski demikian, Sri menegaskan pihaknya tidak berwenang untuk memastikan siapa pembuat crop circle itu.
“Itu bukan kami, biar yang lain. Kami hanya mengecek saja melihat kondisi di lapangan,” ucapnya.
“Anomali radiasi bisa dideteksi denga Geiger Muller Counter, struktur molekular atau sel menggunakan mikroskop. Kemudian alat untuk mendeteksi keberadaan partikel besi atau logam lainnya seperti terdapat di sample crop circle yang normal,” demikian isi surat elektronik Direktur Beta-UFO Bayu Amus yang diterima okezone, kemarin.
Beta-UFO menegaskan belum bisa menyimpulkan mengenai keaslian crop circle tersebut, apakah hasil karya UFO atau rekayasa. “Namun kami sependapat kemunculan fenomena ini sangat menarik, karena termasuk yang pertama di Indonesia yang didokumentasikan dan dipublikasikan secara massal,” ujar Bayu.
(ton)